Perjuangan Mengajar Bapak Ibu Guru Thailand | Alur Film The Teachers Diary
PROLOG
Setelah sebelumnya kita membahas 2 film bertema pendidikan dari negeri Nipon dan negeri Indihe, maka belum afdol rasanya jika kita yang tinggal di Asia Tenggara ini belum membahas film kepunyaan negeri yang konon satu-satunya di ASEAN yang belum pernah terjajah oleh wong-wong eropa, negeri gajah putih, negeri Thailand... Sawadikap.
Langsung saja... Inilah dia film dengan durasi 90 menit, tentang perjuangan Bapak Ibu guru mengajar di pedalaman Thailand yang kemudian disatukan oleh buku kumpulan curhat, penasaran?, inilah dia, The Teachers Diary.
INFORMASI SINGKAT FILM
The Teachers Diary atau dalam bahasa Thailand Khit Thueng Witthaya adalah sebuah film drama komedi Thai keluaran tahun 2014, disutradarai oleh Nithiwat Tharathorn salah satu sutradara film drama komedi terbaik di Thailand.
Dibintangi oleh Laila Boonyasak sebagai Ibu Guru Ann, Sukrit Wisatkaew sebagai Pak Guru Song, Sukollawat Kanarot sebagai Pacarnya Ibu Ann, dan Chuitima Teepanat sebagai Pacarnya Pak Song. Film The Teachers Diary mengajak kita menyelami sisi lain kehidupan Guru perihal idealismenya sampai kisah cincainya yang kadang penuh aral melintang tak bertepi. Ekhm...
Oleh karena itu panggilan untuk semua calon guru... Mari merapat... Ada nutrisi hiburan sederhana nan berfaedah, jika sudah merapat silakan klik tombol subscribe, sudah? Ih bagus sekaleeeee...
PERINGATAN SPOILER
Kami peringatkan lebih dulu, SPOILER WARNING buat bapak ibu guru yang belum pernah menyaksikan film yang penuh ke-uwuwan ini, aww...
PLOTING
Film diawali dari adegan Pak Guru Song yang sedang melakukan pull up, nampaknya ia sedang adu pull up dengan seseorang di sampingnya, dan yah wong cilik. Melihat juniornya sedang bermain-main dengan seorang murid Pak Kepala Sekolah lalu memanggilnya dan mulai melakukan sesi wawancara dengan Pak Guru Song, usut punya usut ternyata Pak Guru Song adalah guru baru di SDN Baan Gaeng Wittaya.
Scene lalu berubah ke Ibu Guru Ann yang sedang debat dengan Pak Kepala Sekolah perihal tato bintang ditangannya.
Sedikit penjelasan di tahap perkenalan ini plot cerita akan terus berganti antara Bu Ann yang sedang debat dengan kepala sekolah, dan Pak Song yang sedang wawancara kerja, ada apa dengan mereka berdua? Hemm misterius..
Njutkaan
Singkat cerita karena Bu Ann kalah dalam perdebatan, ia pun dipindah tugaskan ke sekolah cabang Sekolah Kapal Gaeng Wittaya di tengah-tengah danau di pedalaman Thailand. Sepintas saat melihat scene ini tuh teringat ke film Laskar Pelangi, yang sama-sama menampilkan kebersahajaan bangunan sekolah.
Dan ternyata eh ternyata, Pak Song juga ditugaskan di sekolah yang sama, apakah mereka akan paamprok disana?
Daaaan, mereka ternyata berasal dari timeline yang berbeza, jadi begini sebelum Pak Song mengajar di Sekolah Kapal, Bu Ann sudah lebih dulu mengajar satu semester di sana, Bu Ann lalu pindah, dan posisi guru di sana akhirnya diisi oleh Pak Song.
Dan koneksi keduanya ini terhubung melalui buku Diary-nya Bu Ann yang ia tinggalkan di Sekolah Kapal. hmmm
Di hari pertamanya Pak Song tidak mendapati murid-murid di sana. Dengan segala kekonyolannya ia lalu menaiki sebuah perahu dan terjatuh, cederalah tangannya. Dasar wong cilik, wong cilik....
Scene lalu berubah ke Bu Ann dan Bu Gigi yang sedang mengocorkan air dari torn, yang ternyata terganjal sesuatu, daaan....
Pak Song pun melakukan hal serupa, daaan....
Setelah ikut dengan ibu-ibu berperahu akhirnya Pak Song mengumpulkan murid-murid lalu memberi tahu bahwa Sekolah Kapal sudah dibuka lagi. Singkat cerita kelas pun dimulai, sebagai mana film laskar pelangi Sekolah ini pun hanya diisi oleh beberapa siswa saja, ada Muek si bocil, Tong si botak toktok, ada Tuna yang mirip maudi ayunda, dan Gao si jangpis.
Usut punya usut keempat siswa didikan Pak Song ini ternyata kelasnya berbeda, akhirnya Pak Song pun mengajar semuanya satu-persatu sesuai dengan kelas mereka. Hmm mengharukan, beginilah nasib seorang guru di daerah-daerah, beban kerjanya luar biasa... Untung ini cuma film... Hah Cuma film.... Hmmm.... Sudahlah... Mari njutkan...
Tidak cukup keributan di kelas, Pak Song pun mesti menghadapi tingkah laku murid-muridnya yang aduhai bikin jantung deg-degan. Karena terhitung guru baru, Pak Song tak ingin melakukan kesalahan, Pak Song pun akhirnya melontarkan amarahnya, dan tak disangka malah membuat mereka menangis ketakutan.
Galaulah Pak Song ini. Apakah aku harus meninggalkan pekerjaan yang baru saja aku dapat ini? Tapi aku melakukan ini demi masa depanku demi masa depan kita... begitu kira-kira isi hati Pak Song sambil melihat video kenangannya bersama sang pacwar.
Pak Song lalu memeriksakan tangannya ke salah satu puskesmas di sana, dan ternyata adegan ini pun pernah dilakukan oleh Bu guru Ann semasa masih mengajar di Sekolah Kapal. Di scene ini kita mengathui bahwa hubungan antara Ibu Guru Ann dan pacarnya itu tidak sehat, atau bahasa gaulnya itu toxic relationship.
Dan ternyata eh ternyata, hubungan toxic ini pun terjadi di kehidupan pak Guru Song, malah lebih parah, Pak Song sampai diselingkuhi oleh pacarnya karena pacarnya menganggap bahwa Pak Song itu tidak serius. Ekhmm... Dari dulu beginilah cinta, deritanya tiada akhir, njutkan...
Dengan perasaan kesal dan galau Bu Ann lalu melampiaskan kekesalannya itu di buku diarynya. Sementara Pak Song asik membaca diary milik bu Ann. Keduanya lalu kompak menamai temat pengasingan itu sebagai S.O.G Sekolah Orang Galau.
Aduh itu motor owel teuing pak song, tapi jiganamah jalema beunghar pak song teh.
Berkat buku sakti itu pun, benih-benih cincai mulai tumbuh di hati sanubari Pak Song, setiap hari tak ada kata silap membaca buku itu, saat senang, saat galau, bahkan saat mules pun selalu bersama.
Dari buku itu pula Pak Song akhirnya tahu bahwa tempat paling nyaman dalam mencari inspirasi di Sekolah Kapal itu punya cerita yang cukup mengaduhaikan.
Saat jaman bu Ann pernah ditemukan mayat nyangkut tepat dibawah toilet itu. Wajahnya tepat dilubang kakus, coba bayangkan wan kawan... hmmm ngeri ngeri sedap diintip sama mayat.
Keteguhan hati Bu Ann untuk megajar di Sekolah Kapal pun kembali diuji, terlebih mendapati Bu Gigi rekan kerjanya menyerah.
Walau demikian, ternyata prinsip Bu Ann cukup kuat, ia bertekad tak akan meninggalkan murid-murid di Sekolah Kapal, karena mereka itu sudah ada kemistri sudah saling membutuhkan.
Berbeda dengan Pak Song...
Saat dikelas nampak murid-murid merasa boring dengan keberadaan Pak Song, hingga suatu ketika ada ular melingkar-lingkar di depan kelas, dan seisi kelas pun ramai. Dengan gagah berani Pak Song lalu memukul-mukul si ular.
Pak Song panik ternyata ada luka bekas gigitan ditangannya, dan ternyata itu cuma bekas tojrosan paku. Jiaaaah.... gagal heroik... Dari kejadian inilah kemistri antara Pak Song dan anak-anak di Sekolah Kapal pun mulai terbentuk.
Pak Song dan Bu Ann adalah pribadi yang berbeda, namun keduanya disatukan oleh anak-anak di sekolah kapal, di satukan oleh ajaibnya buku diary milik Ibu Ann. Di lain waktu Pak Song pada akhirnya geregetan pengen tahu seperti apa rupa Ibu Ann yang selalu dibicarakan anak-anak.
Dengan seribu alasan Pak Song lalu memberi tugas kepaa anak-anak untuk mencari jejak peninggalan Ibu Ann di Sekolah Kapal, daaan ternyata mereka menemukan selembar foto Ibu Gigi bersama.... tangannya Ibu Ann.
Dengan insting luar biasa Pak Song seketika memberi tugas seni budaya, menggambar wajah Ibu Ann, dan sayang sungguh sayang setiap sketsa yang digambar oleh anak-anak ternyata rupanya sungguh ajaib.
Karena sudah kadung kesemsem sama Ibu Ann, rasa cincai di hati Pak Song pun semakin membuncah, sampai-sampai ia juga memimpikan Ibu Ann, daaaan.... persis seperti yang anak-anak gambarkan. Mimpi seram itu pun seketika berganti menjadi mimpi yang basah.
Badai tiba-tiba melanda tempat tersebut...
Dengan gagah berani Pak Song melindungi siswa-siswanya dan merelakan kitab sucinya, diary Ibu Ann hanyut dilamun badai. Pertanda apakah itu? Apakah akan terjadi sesuatu antara Pak Song dan Ibu Ann? Misteri... hanya rumput bergoyang yang tahu.
Pak Song lalu mengumpulkan sisa-sisa dari catatan Ibu Ann, dan karena sudah kapalang gelo, ia pun merasa diberi semangat oleh lembaran kertas yang bertuliskan ‘jangan pernah menyerah’ begitulah cincai jika sedang manis-manisnya, tikotok pun serasa cukulat. Setelah rampung membetulkan atap sekolah yang porak poranda, Pak Song pun tak lupa membaca catatan-catatan Ibu Ann yang sudah ia kumpulkan kembali.
Scene lalu berganti ke Ibu Ann yang sedang mengajari Chon matematika. Melihat potensi yang cukup mumpuni di diri Chon, Ibu Ann lalu kepo pengin tahu cita-cita Chon itu apa, dengan pede Chon pun menjawab... dan semuanya pada akhirnya kembali ke soal ekonomi.
Melihat realitas ini, Ibu Ann lalu menanyakan hal serupa kepada anak-anak yang lain. Setelah ditekan secara serius anak-anak pun jujur bahwa bayangan paling jelas mereka nanti jika sudah besar, yaaaa menjadi nelayan.... Aaah... Ibu Ann kembali galau.
Sebagai seorang yang telah tercerahkan oleh diary-nya Ibu Ann Pak Song kembali mengobarkan harapan kepada semua anak, khususnya kepada Chon yang sempat tidak meneruskan sekolah. Singkat cerita Pak Song lalu mengajari soal matematika tentang perbandingan Usia seperti yang dilakukan Ibu Ann dan hasilnya, sungguh mencengangkan. Begitu juga dengan ujian harian anak-anak... sungguh mencengangkan...
Dengan harap-harap cemas saat menghadap Pak Kepala, Pak Song pun menanyakan perihal keberadaan Ibu Ann, sayang sungguh sayang, Ibu Ann yang selalu ia puja itu ternyata sudah bertunangan. Seketika ambyarlah hati Mas Song ini. Sakin ambyarnya ia, ia pun sempat membakar buku diary itu, kitab yang selalu ia jaga... ckck dari dulu beginilah cinta, deritanya tiada akhir, pat kai.
Demi menuntut pertanggung jawaban karena telah membuat perasaannya campur aduk, Pak Song pun akhirnya menemui Ibu Guru Ann, namun sayang usahanya itu berakhir sia-sia.
Padahal mereka sempat paamprok, ckck beginilah film.
Seperti di scene awal, Ibu Guru Ann kembali berdebat dengan Kepala Sekolah, dan dari scene ini pula kita mengtahui bahwa kemewahan di sekolah baru itu ternyata tidak membuat Ibu Ann bahagia, ia merasa kosong, karena hatinya telah tertinggal di Sekolah Kapal, asiiik...
Masih dengan Ibu Ann... Dan setelah fokus dengan deritanya Pak Song, mulai dari Scene inilah kita akan diajak untuk fokus mengikuti deritanya Bu Ann. Saat Bu Ann tengah asyik mengajar, tiba-tiba ia kedatangan seorang tamu perempuan yang tengah hamil. Dan faktanya anak yang ada dalam kandungannya itu ternyata anak pacarnya Bu Ann.
Seketika bumi pun gonjang-ganjing, langit pun kerlap-kerlip. Karena sudah kadung keuheul dengan sekolah dan sikap pacarnya itu, Bu Ann lalu pergi, dan memutuskan untuk kembali ke sekolah kapal yang usut punya usut telah ditinggalkan oleh Pak Song, jadi ceritanya Pak Song sudah tidak mengajar lagi di sana.
Singkat cerita saat kembali ke Sekolah Kapal, Bu Ann mendapati bahwa S.O.G sudah banyak berubah. Ia juga mendapat cerita bahwa Pak Song sudah merubah sikap anak-anak, terlebih Chon.
Seolah sudah ditakdirkan, Bu Ann pun penasaran dengan sosok Pak Song yang ternyata punya banyak kemiripan dengannya. Terlebih saat ia kembali membaca buku diary yang ternyata sudah berisi catatan-catatan Pak Song. Jadi diawal cerita Pak Song membaca catatan Bu Ann, dan dipertengahan kini Bu Ann yang membaca catatan Pak Song... aaah uwuwu
Banyak kenangan yang dikisahkan Pak Song dalam buku diary yang berisi catatan mereka berdua itu, namun yang paling berkesan bagi Bu Ann adalah dimana saat Pak Song mengajari Chon soal matematika, dengan praktik secara langsung merubah rumah kapal menjadi kereta api sesuai dengan soal yang diberikan. Hmm jadi teringat dengan onizuka sensei apa kabar ia, hmmm bagi yang penasaran linknya ada diatas...
Dan saat Ujian Semester tiba, semua siswa di rumah kapal itu lulus, kecuali Chon ia gagal karena kehabisan waktu. Inilah yang menjadi dasar kanapa Pak Song tidak lagi mengajar di rumah kapal, Pak Song merasa gagal karena tidak berhasil mengantarkan Chon ke gerbang kelulusan.
Seperti yang dilakuakn Pak Song, saat bertemu dengan Pak Kepala Sekolah Bu Ann pun menanyakan keberadaan Pak Song, sudah mulai kesemsem ternyata Ibu Ann. Dia pun berusaha menemui Pak Song namun sayang itu semua, Sia – sia...
Karena terus memikirkan Pak Song, Bu Ann pun sampai mengkhayalkannya, hmmm...
Suatu ketika Bu Ann mendapat kabar bahwa Pak Song akan segera berkunjung ke rumah kapal, kangen anak-anak katanya. Karena akan segera bertemu dengan sang pujaan hati, Bu Ann dan anak-anak berjibaku membersihkan rumah kapal mereka. Dan saat waktu yang dijanjikan tiba... datanglah.... Ia.... Pacar Bu Ann.
Karena permintaan maafnya cukup meyakinkan akhirnya Bu Ann pun memberi kesempatan kepada pacarnya itu untuk membuktikan cincainya kepada dirinya. Dengan berat hati Bu Ann pun lalu meninggalkan rumah kapal bersama anak-anak yang tengah menunggu kehadiran Pak Song.
Ditengah perjalanan, Bu Ann demi memantapkan hati kembali mempertanyakan sikap pacarnya, ia lalu meminta pendapatnya tentang Pak Song yang telah mengajarkan soal matematika dengan cara praktik. Karena pacar Bu Ann adalah orang yang realis ia meragukan bahwa metode Pak Song bisa diterapkan di kelas yang jumlah muridnya banyak, yang penting anak bisa mengerjakan soal ujian, lulus, sudah begitu kurang lebihnya. Namun ternyata jawaban itu berbeda dengan Bu Ann, karena baginya jika dirinya dihadapkan pada persoalan yang sama ia juga akan melakukan hal serupa seperti Pak Song.
Karena perbedaan yang makin kentara inilah, Bu Ann akhrinya dengan tegas memutuskan hubungannya dengan sang pacar.
Lalu dengan hati deg-degan harap-harap cemas, Bu Ann kembali ke S.O.G, berharap bisa bertemu dengan Pak Song. Dan setelah beberapa drama akhirnya dua sejoli alumni S.O.G ini pun bertatatapan muka. Ending yang sangat meng-uwuwkan, sawadikap hu Ann... sawadikap hu Song...
KONKLUSI
Film The Teacher Diary telah memeberikan kita gambaran seperti apa hidup seorang guru. Guru yang katanya makhluk super itu juga seorang manusia, bisa galau, dan bisa jatuh cincai. Dari film ini juga kita belajar bahwa sering sering lah menulis, siapa tahu melalui tulisan itu bisa menjadi sabab musabab jodoh datang kepada kita. Berbicara jodoh dan percincaian, kita harus waspada sebab ‘dari dulu beginilah cincai deritanya tiada akhir’. Saya Ibnu undur diri jangan lupa like, koment, subskribe. Salam... Nyiur melambai...

Post a Comment