Memahami Gambir, Si ODGJ di Pintu Terlarang (Sebuah Review dan Alur Cerita)
Selamat datang di segmen ploting,
kali ini kita akan membahas alur cerita dari film Pintu Terlarang atau The
Forbidden Dor. Sebuah film psikologi horor, besutan Sutradara Joko Anwar. Menampilkan
Fachry Albar sebagai Gambir, Marsha Timothy sebagai Thalida, Ario Bayu sebagai Dandung,
Otto Djauhari sebagai Rio, Henidar Amroe sebagai Ibu, dan Tio Pakusadewo
sebagai Koh Jimmy.
Sebuah film rilisan tahun 2009
yang dapat menimbulkan trauma tersendiri, karena aksi gore, dan segala efek
disturbingnya, yang dipastikan tidak bisa diterima oleh semua kalangan. Salah
satu mahakarya dari mas Jokan dan inilah plotnya.
Scene diawali dari seorang
seniman bernama Gambir yang sedang menggelar pameran patung wanita hamil.
Sahabat, rekan kerja, dan sang istri turut menyambut kesuksesan yang telah
digapai oleh Gambir tersebut. Namun entah karena suasana hatinya sedang tidak
enak, di acara akbarnya itu Gambir malah melipir, menyendiri ke sudut ruang
pameran.
Di tengah perenungannya Gambir
mendengar sekelompok orang tengah membicarakan karyanya yang diduga hasil body casting, dan disebut
istri Gambir tidak mungkin bisa menjadi model patungnya karena menurut rumor
istrinya tidak bisa hamil.
Saat dihampiri Thalida moment
aneh pun mulai muncul karena di bagian ini ia memohon kepada Gambir untuk
menormalkan apa yang telah mereka lakukan, dan memberikan arti kepada bayi-bayi
mereka.
Kemudian nampak seorang anak laki-laki,
di sebuah ruangan misterius terlempar menghantam sebuah meja.
Pintu terlarang pun dimulai.
Gambir dan Thalida kini sudah
berada di rumah, ditemani sang Ibu mereka tengah memulai hari melakukan
breakfast. Dan di tengah riuh rendah pagi itu Ibu Gambir secara tiba-tiba membeberkan
rahasia anaknya yang cukup memalukan, bahwa ternyata Gambir punya masalah soal kejantanannya.
Bersyukur obrolan itu tidak
berlanjut, terpotong suara bel tamu. Namun diberanda ternyata tidak ada siapa-siapa.
Mungkin hanya orang iseng. Gambir hanya menemukan sebuah grafiti di lantai
bertuliskan Tolong Saya.
Dengan hati yang terus gusar,
Gambir mengingat bahwa kesuksesannya ini berawal dari suatu hal aneh yang terus
ia lakukan dan cukup mengerikan.
Beberapa tahun sebelumnya, saat
Gambir dan Thalida belum resmi menjadi sepasang suami istri, Thalida hamil dan
meminta Gambir untuk menikahinya namun setelah si jabang bayi digugurkan. Hal
ini dilakukan dengan alasan bahwa Thalida tidak ingin keluarganya mengetahui
dirinya hamil diluar nikah.
Singkat cerita si jabang bayi pun
berhasil digugurkan.
Karena shock, bingung, dan juga
ada sedikit penyesalan Thalida yang saat itu sedang berada di studio patung
milik Gambir pun mengusulkan ide untuk memasukan janin yang telah di aborsinya
itu ke sebuah patung, agar patung nampak lebih hidup.
Walau sempat menolak, akhirnya
Gambir pun mengiyakan permintaan aneh Thalida itu. Dan voila, patung orang
hamil yang berisi bangkai janin itu pun dihargai mahal, dengan segera Gambir
pun di tawari untuk menggelar pameran di galeri Koh Jimmy.
Gambir yang awalnya hanya seniman
patung biasa, kini menjelma menjadi seniman perlente yang sukses.
Kembali ke masa sekarang.
Gambir yang masih merenungi
perbuatannya itu kembali mendapat sebuah teror telepon, lagi-lagi dengan pesan ‘Tolong
Saya’, makin gusarlah ia.
Sempat bertekad untuk tidak lagi
membuat patung wanita hamil, namun sayang tekadnya itu mesti tumbang karena
pengaruh sang istri dan juga Koh Jimmy yang ternyata diam-diam telah mengetahui
rahasia dibalik patung wanita hamil tersebut. Dan ia mengancam jika Gambir
berhenti dari pekerjaannya itu ia akan dilaporkan ke pihak berwajib.
Mau tak mau akhirnya gambir
melanjutkan pekerjaan kotornya itu.
Di tengah sibuk dengan
pekerjaannya, gambir tiba-tiba menyadari ada sebuah pintu merah, nampak
misterius di studio patung di rumah Thalida. Pintu itu terkunci, karena
penasaran ia lalu hendak menghancurkan pintu merah itu.
Namun tiba-tiba datang Thalida,
menggagalkan usaha Gambir.
Thalida menjelaskan bahwa itu
cuma ruangan biasa, berisi kenangan yang berusaha ia lupakan, dan hanya ia saja
yang boleh mengetahui apa isinya.
Dan lagi-lagi, karena air mata
buaya itu, Gambir pun kembali luluh dan menuruti permintaan Thalida tersebut.
Mereka lalu menutup pintu merah itu dengan sebuah lukisan mata satu.
Repitisi yang dialami Gambir tak
cukup hanya diperkara Thalida saja. Karena ketika tengah bersantai di sebuah
kafe, Gambir juga lagi-lagi mendapati pesan permintaan tolong yang kini
didapatinya menempel di sebuah tembok.
Hal itu terus terjadi, sampai
akhirnya ia mempergoki si pengirim pesan, yang ternyata si anak laki-laki yang
pada scene sebelumnya disiksa oleh kedua orang tuanya. Gambir kemudian mengejar
si pengirim pesan tersebut namun sayang tak tertangkap.
Kembali ke pesan yang ada di
tembok, di sana Gambir mendapati sebuah petunjuk yang bertuliskan ‘Herosase’.
Dengan penasaran Gambir bergegas menuju gedung Herosase yang diduga ada kaitannya
dengan si anak laki-laki.
Sungguh sayang, karena yang boleh
masuk hanya orang yang sudah ada di keanggotaan, Gambir pun gagal mengorek
informasi soal Herosase. Menunggu cukup lama, akhirnya Gambir mendapat celah,
karena sahabatnya Dandung ternyata sudah jadi member di sana.
Singkat cerita Gambir akhirnya
berhasil masuk keanggotaan, dengan menyetujui satu peraturan bahwa ‘tidak boleh
ada pertanyaan’. Gambir lalu mendapatkan sebuah katalog chanel televisi yang
menayangkan live aktifitas-aktifitas aneh manusia, ada yang melakukan
kekerasan, pedofilia, pemerkosaan, sampai seseorang yang menjaht tangannya
sendiri.
Dan dengan tidak sengaja, chanel berubah
menayangkan si anak laki-laki misterius, yang terus mengiriminya pesan minta
tolong.
Karena penasaran, Gambir lalu
bertanya kepada Dandung, namun sayang karena peraturan di keanggotaan Herosasae
itu Dandung tidak mengetahui apa-apa soal perkara orang-orang yang ada
ditayangan tersebut.
Dengan hati gusar Gambir lalu
melihat lengkap chanel penyiksaan anak laki-laki itu. Setiap hari, setiap waktu
penyiksaan itu pun semakin menjadi. Gambir pun dibuat stress karena tidak bisa
berbuat apa-apa.
Pameran patung selanjutnya akhirnya
tiba, semua patung terjual, namun Gambir tetap dalam kegalauannya.
Tidak sengaja mendengar kondisi
anak laki-laki misterius yang sebentar lagi akan mati, Gambir lalu kembali
pergi ke Herosase untuk terus mencari petunjuk, dengan harapan bisa
menyelamatkan anak laki-laki itu.
Si anak nampak sudah sangat
kacau, dan tanpa diduga anak laki-laki itu malah membunuh kedua orang tuanya
yang sedang tertidur. Karena shock Gambir pun tak kuasa menyaksikan hal
tersebut.
Tidak sengaja, di katalog chanel
yang terjatuh Gambir melihat sebuah chanel bertuliskan nama istrinya, Thalida
Sasongko.
Gambir lalu menonton chanel
tersebut, alangkah terkejutnya ia bahwa Thalida dan orang-orang disekitarnya
selama ini telah mengkhianatinya. Thalida ternyata berselingkuh dengan kedua
teman Gambir Rio dan Dandung, karena desakan sang Ibu agar Thalida bisa cepat
hamil.
Begitu juga Koh Jimmy yang terus
memanipulasi Gambir demi kelancaran bisnisnya.
Hantaman demi hantaman, Gambir
yang tengah shock dengan segala fakta yang telah ia ketahui itu lalu mengundang
semua orang terdekatnya untuk sama-sama merayakan perayaan malam natal.
Dan apa yang terjadi... Lets have
dinner
Saat tiba waktu toosh, Gambir
secara diam-diam mencampurkan wine dengan racun Devilis spich yang bisa
melumpuhkan syaraf manusia beberapa menit.
Setelah semuanya minum-minum,
seketika semuanya pun berada dalam kondisi lumpuh.
Aksi sesungguhnya lalu
dilancarkan oleh Gambir, dengan beragam kekecewaan yang dirasakan Gambir selama
hidupnya. Darah dimana-mana, kedua temannya, rekan kerjanya, sang Ibu, dan
terkahir sang istri yang ketika hendak di dor timah panas Thalida mengingatkan
Gambir bahwa jika ia mati, maka rahasia di balik pintu merah yang pernah jadi
soal itu tidak akan pernah terbuka.
Namun sayang hal itu tidak
menyurutkan niat Gambir.
Setelah melakukan aksi. Gambir
bergegas ke studio patung dan menghancurkan pintu merah itu. Ternyata pintu
misterius itu terhubung dengan ruangan si anak laki-laki yang disiksa oleh
kedua orang tuanya.
Gambir mencari anak laki-laki itu
dan seketika Gambir terkejut ketika mengetahui bahwa Ibu dari si anak laki-laki
ternyata adalah Ibu Gambir sendiri.
Fakta pun terkuak bahwa ternyata
pada dasarnya Gambir dan si anak laki-laki adalah satu orang yang sama. Anak
laki-laki yang disiksa oleh kedua orang tuanya adalah masa lalu Gambir. Dan
semua adegan yang kita saksikan dari awal adalah bayangan atau hasil imajinasi
Gambir semata.
Karena Gambir yang sebenarnya
tengah berada di sebuah bangsal RS Jiwa.
Uniknya semua gambaran imajinasi
Gambir disesuaikan dengan orang-orang yang ada di bangsal itu, dua teman gambir
merupakan petugas kebersihan bangsal, dan thalida merupakan gambaran dari
seorang jurnalis yang tengah melakukan riset terhadapnya.
Di akhir film gambir pun kembali
berimajinasi, menjadi seorang pastor yang tengah memberikan nasihat kepada
seorang suami yang telah membunuh istrinya. Dengan sebuah nasihat “jaga
rahasia, semua orang punya rahasia, jaga pintu itu, jangan sampai pintu itu
terbuka, pintu terlarang.”
Film ini juga punya kredit scene,
menampilkan si Jurnalis yang baru saja keluar meninggalkan RS Jiwa tempat
Gambir berada, dimana nama dari RS Jiwa tersebut ternyata adalah Herosase.
Selain bertabur plot twist dan
adegan gorr, Jokan juga menyelipkan beberapa Easter egg yang cukup manis.
Seperti gambar wanita yang mirip Rosie the Riveter figur propaganda buruh
wanita dalam perjuangan feminisme Amerika, terlihat di beberapa scene jalan
raya, dengan slogan ‘Be a Good Wife. Get a Job’ yang menggambarkan bahwa tokoh
istri/perempuan di film ini akan punya peran penting seperti Thalida dan Sang
Ibu yang terus mempengaruhi Gambir.
Ada juga Jalan Modus Anomali dan
penampilan Rio Dewanto tokoh utama di film Modus Anomali di scene terakhir. Di
scene ini Jokan juga seakan-akan memberikan kita sneakpeak, bocoran dengan
begitu manisnya tentang film Modus Anomali yang akan dirilisnya 3 tahun setelah
Pintu Terlarang ini. Apakah 2 film ini ada dalam 1 semesta, mungkin...
Sampai jumpa dipembahasan ploting
selanjutnya, tetap jaga kewarasan, gue Dandung salam...

Post a Comment