24 C
en
Prinsipalem
Buy template blogger

Mega Menu

  • Beranda
  • Analisis
  • Resensi dan Opini
  • Karya Sastra
  • Video
  • E-Book
Prinsipalem
Search
Home Analisis Analisis Puisi Pamflet Cinta, W.S. Rendra Analisis Unsur Intrinsik Puisi
Analisis Analisis Puisi

Pamflet Cinta, W.S. Rendra Analisis Unsur Intrinsik Puisi

prinsipalem
25 Dec, 2020 0 0
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp


Pamflet Cinta, karya WS Rendra

Ma, nyamperin matahari dari satu sisi
Memandang wajahmu dari segenap jurusan

Aku menyaksikan zaman berjalan kalangkabutan
Aku melihat waktu melaju melanda masyarakatku
Aku merindukan wajahmu
Dan aku melihat wajah-wajah berdarah para mahasiswa
Kampus telah diserbu mobil berlapis baja
Kata-kata telah dilawan dengan senjata
Aku muak dengan gaya keamanan semacam ini
Kenapa keamananjustru menciptakan ketakutan dan
Ketegangan
Sumber keamanan seharusnya hukum dan akal sehat
Keamanan yang berlandaskan senjata dan kekuasaan
Adalah penindasan

Suatu malam aku mandi dilautan
Sepi menjadi kaca
Bunga-bunga yang ajaib bertebaran di langit
Aku inginkan kamu, tetapi kamu tidak ada
Sepi menjadi kaca

Apa yang bisa dilakukan oleh penyair
Bila setiap kata telah dilawan dengan kekuasaan ?
Udara penuh rasa curiga
Tegur sapa tanpa jaminan

Air lautan berkilat-kilat
Suara lautan adalah suara kesepian
Dan lalu muncul wajahmu

Kamu menjadi makna
Makna menjadi harapan
................................ Sebenarnya apakah harapan ?
Harapan adalah karena aku akan membelai rambutmu
Harapan adalah karena aku akan tetap menulis sajak
Harapan adalah karena aku akan melakukan sesuatu
Aku tertawa. Ma !

Angin menyapu rambutku
Aku terkenang kepada apa yang telah terjadi

Sepuluh tahun aku berjalan tanpa tidur
Pantatku karatan aku seret dari warung ke warung
Perutku sobek di jalan raya yang lengang ....
Tidak. Aku tidak sedih dan kesepian,
Aku menulis sajak di bordes kereta api
Aku bertualang di dalam udara yang berdebu

Dengan berteman anjing-anjing geladak dan kucing-kucing
Liar.
Aku bernyanyi menikmati hidup yang kelabu
Lalu muncullah kamu 
Nongol dari perut matahari bunting
Jam duabelas seperempat siang
Aku terkesima
Aku disergap kejadian yang tak terduga.
Rahmat turun bagai hujan
Membuatku segar
Tapi juga menggigil bertanya-tanya
Aku jadi bego. Ma !

Yaaah, Ma, mencintai kamu adalah bahagia dan sedih
Bahagia karena mempunyai kamu di dalam kalbuku
Dan sedih karena kita sering berpisah
Ketegangan menjadi pupuk cinta kita
Tetapi bukankah kehidupan sendiri adalah bahagia dan sedih ?
Bahagia karena napas mengalir dan jantung berdetak.
Sedih karena pikiran diliputi bayang-bayang
Adapun harapan adalah penghayatan akan ketegangan

Ma, nyamperin matahari dari satu sisi
Memandang wajahmu dari segenap jurusan

Pejambon, Jakarta, 28 April 1978


a. Tema :
Dari puisi karya WS Rendra diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa tema yang terkandung didalamnya adalah tentang  kerinduan kepada kekasih. Di setiap bait disana disinggung bagaimana perasaan dan kerinduannya pada sang kekasih. Pengungkapan rasa rindu itu secara tersurat secara jelas, tergambar pada bait ke-3.

Bait ke-3 :
Suatu malam aku mandi dilautan
Sepi menjadi kaca
Bunga-bunga yang ajaib bertebaran di langit
Aku inginkan kamu, tetapi kamu tidak ada
Sepi menjadi kaca

Pada baris ke-4 disana dikatakan bahwa ia menginginkan kekasihnya namun tidak ada, kemudian penyair menjelaskan kembali mengenai kesepian yang dirasanya dalam bait ke -5

Bait ke-5 :
Air lautan berkilat-kilat
Suara lautan adalah suara kesepian
Dan lalu muncul wajahmu

Kemudian selain pengungkapan rasa rindunya kepada sang kekasih, penyair juga menjelaskan bahwa kerinduannya ini di perparah ketika melihat kondisi situasi demokrasi ditempatnya, kedua hal ini (antara kerinduan terhadap kekasih dan demokrasi) dibaurkan oleh penyair dalam seluruh bagian dalam puisi ini. Bagian yang dapat terlihat jelas mengenai hal ini tergambar pada bait ke-2

Bait ke-2 :
Aku menyaksikan zaman berjalan kalangkabutan
Aku melihat waktu melaju melanda masyarakatku
Aku merindukan wajahmu
Dan aku melihat wajah-wajah berdarah para mahasiswa
Kampus telah diserbu mobil berlapis baja
Kata-kata telah dilawan dengan senjata
Aku muak dengan gaya keamanan semacam ini
Kenapa keamanan justru menciptakan ketakutan dan
Ketegangan
Sumber keamanan seharusnya hukum dan akal sehat
Keamanan yang berlandaskan senjata dan kekuasaan
Adalah penindasan

Perhatikan ketika penyair mengatakan bahwa ia merindukan wajah dan keberadaan kekasihnya yang kemudian ia hubungkan dengan masalah demokrasi yang memperparah kondisi perasaannya.

b. Rasa :
Dari puisi yang berjudul pamflet cinta karya WS Rendra diatas dapat dilihat bahwa sikap penyair terhadap objek (objeknya yakni mengenai kerinduannya kepada kekasih hati) atau disebut rasa yang terkandung didalam puisi tersebut adalah rasa cinta, bisa dilihat disetiap bait mengenai pernyataan si penyair mengenai rasa cintanya, seperti dengan mengatakan Aku merindukan wajahmu lalu Aku inginkan kamu, tetapi kamu tidak ada kemudian Yaaah, Ma, mencintai kamu adalah bahagia dan sedih  dalam puisi ini penyair menggambarkan kerinduannya dengan tidak bersedih hati namun dengan ketegaran perhatikan Tidak. Aku tidak sedih dan kesepian, Aku menulis sajak di bordes kereta api. Aku bertualang di dalam udara yang berdebu.

Sikap penyair ini, ketika dihubungkan dengan masalah demokrasipun, sikapnya tidak berubah, walau membahas masalah demokrasi namun tetap memakai rasa cinta, bergerak lembut, karena terpengaruh oleh rasa rindu pada kekasihnya. Perhatikan pada bait

Bait ke-2 :
Aku menyaksikan zaman berjalan kalangkabutan
Aku melihat waktu melaju melanda masyarakatku
Aku merindukan wajahmu
Dan aku melihat wajah-wajah berdarah para mahasiswa
Kampus telah diserbu mobil berlapis baja
Kata-kata telah dilawan dengan senjata
Aku muak dengan gaya keamanan semacam ini
Kenapa keamanan justru menciptakan ketakutan dan
Ketegangan
Sumber keamanan seharusnya hukum dan akal sehat
Keamanan yang berlandaskan senjata dan kekuasaan
Adalah penindasan

c. Nada :
Sikap penyair terhadap pembaca yang bisa kita lihat dalam puisi karya WS Rendra diatas cenderung memberitahu pembaca saja namun pada bagian tertentu penyair memberikan kritik atau mungkin saran mengenai permasalahan demokrasi lewat kekesalan yang ia lontarkan, yang bisa dilihat pada bait. 

Bait ke-2 :
Kampus telah diserbu mobil berlapis baja
Kata-kata telah dilawan dengan senjata
Aku muak dengan gaya keamanan semacam ini
Kenapa keamanan justru menciptakan ketakutan dan
Ketegangan
Sumber keamanan seharusnya hukum dan akal sehat
Keamanan yang berlandaskan senjata dan kekuasaan
Adalah penindasan

Pada baris kelima dan keenam penyair mengatakan bahwa sumber atau landasan keamanan itu semestinya hukum dan akal sehat bukannya kekerasan dan penindasan.

d. Diksi :
Dari puisi diatas terdapat diksi atau pilihan kata yang penyair pilih adalah bahasa dalam kehidupan sehari-hari seperti kata, nyamperin, kalangkabutan, pantatku, seret, nongol, bunting, seperempat, dan bego.

Bunyi-bunyi bahasa itu akhirnya terdengar khas dalam puisi karya WS Rendra yang satu ini, dan kata-kata tadi tidaklah dapat diganti dengan kata lain walaupun mempunyai makna denotatif yang sama, karena hal itu akan merubah susunan dan rasa yang telah diciptakan penyair.

e. Pengimajinasian :
Pada puisi diatas dapat dirasakan bahwa penyair  pada bait ke-1 dan ke-2 menggunakan imajinasi visual, disana seakan-akan pembaca diperlihatkan matahari, ikut melihat wajah-wajah mahasiswa, dan kampus yang diserbu.

Ma, nyamperin matahari dari satu sisi
Memandang wajahmu dari segenap jurusan

Aku menyaksikan zaman berjalan kalangkabutan
Aku melihat waktu melaju melanda masyarakatku
Aku merindukan wajahmu
Dan aku melihat wajah-wajah berdarah para mahasiswa
Kampus telah diserbu mobil berlapis baja
Kata-kata telah dilawan dengan senjata
Aku muak dengan gaya keamanan semacam ini
Kenapa keamananjustru menciptakan ketakutan dan
Ketegangan
Sumber keamanan seharusnya hukum dan akal sehat
Keamanan yang berlandaskan senjata dan kekuasaan
Adalah penindasan

Kemudian imajinasi gerak tergambar pada bait ke-8, penyair menyatakan bahwa ia berjalan, lalu tubuh bagian belakangnya, maaf pantatnya di seret dari warung ke warung, dan menulis.

Bait ke-8 :
Sepuluh tahun aku berjalan tanpa tidur
Pantatku karatan aku seret dari warung ke warung
Perutku sobek di jalan raya yang lengang ....
Tidak. Aku tidak sedih dan kesepian,
Aku menulis sajak di bordes kereta api
Aku bertualang di dalam udara yang berdebu

Kemudian imajinasi pikiran terdapat dalam bait ke-4, dimana penyair mengutarakan kekesalannya dalam sebuah pertanyaan, dan imajinasi ini terdapat dan lebih ditekankan pada bait ke-6.

Bait ke-4 :
Apa yang bisa dilakukan oleh penyair
Bila setiap kata telah dilawan dengan kekuasaan ?
Udara penuh rasa curiga
Tegur sapa tanpa jaminan

Bait ke-6 :
Kamu menjadi makna
Makna menjadi harapan
................................ Sebenarnya apakah harapan ?
Harapan adalah karena aku akan membelai rambutmu
Harapan adalah karena aku akan tetap menulis sajak
Harapan adalah karena aku akan melakukan sesuatu
Aku tertawa. Ma !

f. Kata Konkrit :
Pada puisi diatas terdapat beberapa kata konkrit yang semakin menjelaskan susana seperti apa yang coba digambarkan penyair, mislanya  pada bait ke-2, pada baris  yang berbunyi Aku menyaksikan zaman berjalan kalangkabutan pernyataan yang dilontarkan penyair ini menjelaskan dengan tegas bahwa zaman yang sedang dihadapi penyair saat itu sedang dalam kondisi krisis, terjadi banyak kerusuhan, banyak ketidakjelasan, atau mengarah kepada kekacauan.

Kemudian pada baris yang berbunyi Aku bernyanyi menikmati hidup yang kelabu
Disana jelas menggambarkan situasi yang kontradiksi, yang diras penyair, dimana ia harus melewati kehidupan dengan berbahagia sedangan lingkungan kehidupannya sendiri kelabu, ini akhirnya menimbulkan dan menegaskan sebuah keironian.

g. Gaya Bahasa :
Pada puisi karya WS Rendra diatas gaya bahasa yang dipakai penyair antara lain gaya bahasa personifikasi dan hiperbola, perhatikan bait

Bait ke-2 disana penyair berkata Aku menyaksikan zaman berjalan kalangkabutan. Aku melihat waktu melaju melanda masyarakatku. Dari baris ini didapati dua pernyataan yang menyatakan  benda mati seolah-olah memiliki sifat-sifat seperti manusia atau disebut personifikasi pada kata zaman berjalan, dan waktu melaju. Kemudian gaya bahasa ini juga ditemukan pada bait ke-7 yang berbunyi Angin menyapu rambutku.

Setelah gaya bahasa personifikasi, kemudian yang ditemukan pada puisi ini adalah gaya bahasa hiperbola, yang bentuknya pernyataan seakan-akan melebih-lebihkan realita yang terjadi. Gaya bahasa ini ditemukan pada bait

Bait ke-2 pada baris keempat dan kelima yang berbunyi Dan aku melihat wajah-wajah berdarah para mahasiswa. Kampus telah diserbu mobil berlapis baja.pada pernyataan ini penyair seolah-olah mendramatisir dan melebih-lebihkan peristiwa yang terjadi. Gaya bahasa ditemukan pada bait ke-8 yang berbunyi Sepuluh tahun aku berjalan tanpa tidur. Pantatku karatan aku seret dari warung ke warung. Perutku sobek di jalan raya yang lengang .... pada pernyataan ini jelas tidak mungkin seseorang tidak tidur selama 10 tahun, menyeret, maaf pantat dari warung-kewarung, dan perutnya yang sobek.

h. Irama :
Rima atau ritma yang di gambarkan penyair dalam puisi diatas adalah ritma syahdu, damai dan sedikit pada bagian-bagian tertentu sedikit menghentak, perhatikan tiap bait pada puisi WS Rendra yang satu ini cenderung syahdu karena menggambarkan mengenai perasaan seorang pemuda aktifis yang sedang merindukan kekasihnya.

Dan irama atau ritma yang sedikit menghentak itu pada bagian ini, perhatikan bait ke-4 dan ke-6 yaitu ketika penyair mendesak dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

Bait ke-4 :
Apa yang bisa dilakukan oleh penyair
Bila setiap kata telah dilawan dengan kekuasaan ?
Udara penuh rasa curiga
Tegur sapa tanpa jaminan

Bait ke-6 :
Kamu menjadi makna
Makna menjadi harapan
................................ Sebenarnya apakah harapan ?
Harapan adalah karena aku akan membelai rambutmu
Harapan adalah karena aku akan tetap menulis sajak
Harapan adalah karena aku akan melakukan sesuatu
Aku tertawa. Ma !

i. Rima :
Pengulangan bunyi atau rima yang terjadi dalam puisi karya WS Rendra ini terdapat beberapa jenis rima, diantaranya rima internal, eksternal, dan rima asonansi. Perhatikan bait pertama yang kemudian dijadikan atau diulangi kembali pada bagian penutup

Ma, nyamperin matahari dari satu sisi
Memandang wajahmu dari segenap jurusan

Pada bait disana ditemukan pengulangan bunyi huruf vokal yang sama yang terjadi pada satu baris yang sama, atau disebut dengan rima asonansi, perhatikan baris pertama yang menjadi rima asonansinya adalah bunyi  i  , kemudian di baris keduanya adalah  a . Kemudian pada bait ke-2 dan pada bait ke-6 terdapat rima eksternal yaitu pengulangan bunyi yang terjadi pada baris yang berlainan.

Bait ke-2 :
Aku menyaksikan zaman berjalan kalangkabutan
Aku melihat waktu melaju melanda masyarakatku
Aku merindukan wajahmu
Dan aku melihat wajah-wajah berdarah para mahasiswa

Perhatikan pada ketiga baris diawal terjadi pengulangan bunyi kata aku, ini disebut dengan rima eksternal. Rima inipun terjadi pada bait ke-6

Bait ke-6 :
................................ Sebenarnya apakah harapan ?
Harapan adalah karena aku akan membelai rambutmu
Harapan adalah karena aku akan tetap menulis sajak
Harapan adalah karena aku akan melakukan sesuatu
Aku tertawa. Ma !

Sedangkan rima internal terdapat pada bait ke-3 Aku inginkan kamu, tetapi kamu tidak ada. Rima disebut rima internal karena pengulangan bunyinya terjadi pada baris yang sama dalam penggalan yang berebeda, aku ingin kamu adalah penggalan pertama, dan yang berikutnya adalah penggalan kedua, keduanya biasanya dipisahkan oleh tanda baca .

j. Tipografi :
Penampangan atau perwajahan dari puisi ini adalah penampang puisi modern pada umumnya yang sudah tidak terbatas pada aturan-aturan struktural, seperti dari jumlah baris perbaitnya, kemudian rimanya yang harus berpola. Pada puisi ini jumlah baris disetiap baitnya ada yang 2, 3, 4, 5, 8, dan 12. Pada puisi ini juga terdapat bebrapa baris yang posisi peletakannya berbeda dengan posisi baris pada umumnya. Perhatikan bait ke-2 dan ke-9

Pada bait ke-2 dapat dilihat bahwa pada baris yang berbunyi ketegasan posisi barisnya sedikit merojok kedalam

Aku muak dengan gaya keamanan semacam ini
Kenapa keamanan justru menciptakan ketakutan dan
Ketegangan
Sumber keamanan seharusnya hukum dan akal sehat
Keamanan yang berlandaskan senjata dan kekuasaan

Hal yang samapun ditemukan pada bait  ke-9  yang berbunyi liar  

Dengan berteman anjing-anjing geladak dan kucing-kucing
Liar.
Aku bernyanyi menikmati hidup yang kelabu

Kemudian pada puisi karya WS Rendra ini terdapat beberapa tanda baca yang digunakan penyair guna mempertegas pernyataan-pernyataan yang coba disampaikannya, diantaranya tanda titik (.), koma (,), tanda tanya (?), dan tanda seru (!).

Perhatikan bait ke-4 dan ke-6 yang menggunakan tanda tanya, hal inipun pada akhirnya mempengaruhi pembaca ketika membacakannya

Bait ke-4 :
Apa yang bisa dilakukan oleh penyair
Bila setiap kata telah dilawan dengan kekuasaan ?
Udara penuh rasa curiga
Tegur sapa tanpa jaminan

Bait ke-6
................................ Sebenarnya apakah harapan ?
Harapan adalah karena aku akan membelai rambutmu
Harapan adalah karena aku akan tetap menulis sajak
Harapan adalah karena aku akan melakukan sesuatu

K. Amanat :
Pesan yang coba disampaikan penyair di dalam puisi ini adalah mengenai demokrasi yang mengimplementasikan keamanan haruslah bersumber kepada 
hukum, akal sehat, dan rasa kemanusiaan.

***

Penulis : Dede Rudiansah
Gambar : tempo.co




Via Analisis
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Older Posts
Newer Posts
prinsipalem
prinsipalem Rumah bagi para pembaca, perenung, pencinta kopi, dan para pemimpi yang sempat ingin hidup abadi... salam takzim.

Post a Comment

Tes Iklan
Tes Iklan

Ads Single Post 4

Stay Conneted


Featured Post

Morfologi : Fungsi dan Makna Afiks dalam Bahasa Indonesia [DOCX]

Morfologi : Fungsi dan Makna Afiks dalam Bahasa Indonesia [DOCX]

prinsipalem- June 06, 2021
Max Havelaar Multatuli | Kembalinya Sang Penyelamat, Mr. Sjaalman | Audio Book Bab 2

Max Havelaar Multatuli | Kembalinya Sang Penyelamat, Mr. Sjaalman | Audio Book Bab 2

March 27, 2021
Nini Anteh Taufik Ampera | Sebuah Pembacaan Sajak

Nini Anteh Taufik Ampera | Sebuah Pembacaan Sajak

March 11, 2021
W.S Rendra, Pertanyaan Penting | Sebuah Pembacaan Puisi

W.S Rendra, Pertanyaan Penting | Sebuah Pembacaan Puisi

March 11, 2021
Sebatang Lisong W.S Rendra | Sebuah Pembacaan Puisi

Sebatang Lisong W.S Rendra | Sebuah Pembacaan Puisi

March 11, 2021

Editor Post

WS. Rendra Politisi Itu Adalah | Sebuah Pembacaan Puisi

WS. Rendra Politisi Itu Adalah | Sebuah Pembacaan Puisi

March 11, 2021
Sebatang Lisong W.S Rendra | Sebuah Pembacaan Puisi

Sebatang Lisong W.S Rendra | Sebuah Pembacaan Puisi

March 11, 2021
Observasi Pencemaran Pabrik Tahu di Desa Ciawilor (PDF)

Observasi Pencemaran Pabrik Tahu di Desa Ciawilor (PDF)

November 08, 2021

Popular Post

Sebatang Lisong W.S Rendra | Sebuah Pembacaan Puisi

Sebatang Lisong W.S Rendra | Sebuah Pembacaan Puisi

March 11, 2021
WS. Rendra Politisi Itu Adalah | Sebuah Pembacaan Puisi

WS. Rendra Politisi Itu Adalah | Sebuah Pembacaan Puisi

March 11, 2021
Observasi Pencemaran Pabrik Tahu di Desa Ciawilor (PDF)

Observasi Pencemaran Pabrik Tahu di Desa Ciawilor (PDF)

November 08, 2021

Populart Categoris

  • Video37
  • Analisis28
  • E-book20
  • Bahasa7
  • Resensi dan Opini7
  • Karya Sastra6
  • Sastra4
Prinsipalem

About Us

Media ekspresi bahasa dan sastra Indonesia. Rumah bagi para pembaca, perenung, pencinta kopi, dan para pemimpi yang sempat ingin hidup abadi.

Contact us: prinsipalem@gmail.com

Follow Us

© Theme by Prinsipalem
  • Disclaimer
  • Privacy
  • About Us
  • Contact Us