24 C
en
Prinsipalem
Buy template blogger

Mega Menu

  • Beranda
  • Analisis
  • Resensi dan Opini
  • Karya Sastra
  • Video
  • E-Book
Prinsipalem
Search
Home Analisis Analisis Puisi Senja di Pelabuhan Kecil (buat Sri Ajati) Chairil Anwar, Analisis Unsur Intrinsik Puisi
Analisis Analisis Puisi

Senja di Pelabuhan Kecil (buat Sri Ajati) Chairil Anwar, Analisis Unsur Intrinsik Puisi

prinsipalem
25 Dec, 2020 0 0
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Chairil Anwar, Senja di Pelabuhan Kecil
Chairil Anwar, Senja di Pelabuhan Kecil

Senja di Pelabuhan Kecil (buat Sri Ajati), karya Chairil Anwar

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Di antara gudang, rumah tua, pada cerita
Tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram, desir hati lari berenang
Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
Dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan.
Menyisir semenanjung, masih pengap harap
Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan 
Dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.

1946


a. Tema :

Dari puisi karya Chairil Anwar yang berjudul Senja di Pelabuhan Kecil dapat ditarik kesimpulan bahwa tema yang terkandung didalamnya adalah tentang duka atau kesedihan karena kegagalan cinta. Perhatikan pada bait ke-1 menggambarkan bahwa cinta telah lepas darinya dan pad bait tersebut menggambarkan suasana kesepian yang dirasakannya, tersurat dalam baris yang menyatakan Di antara gudang, rumah tua, pada cerita. Tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut

Bait ke-1 :
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Di antara gudang, rumah tua, pada cerita
Tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Pada bait kedua penyair tidak memokuskan kembali kepada benda-benda yang ada di pelabuhan, melainkan pada bait ini fokus ke suasana di pelabuhan itu sendiri yang tidak membawa perubahan suasana hati penyair, yang tidak sesuai dengan harapannya. Tergambar pada kata gerimis yang mempercepat kelam dan suasana pelabuhan disana malah menjadikan suasana hati semakin larut.

Bait ke-2 :
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram, desir hati lari berenang
Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
Dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Kemudian pada bait ke-3 penyair mulai memokuskan penjelasannya kepada dirinya sendiri yang kesepian sambil terus berharap pada orang yang cintanya.

Bait ke-3 :
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan.
Menyisir semenanjung, masih pengap harap
Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan 
Dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.


b. Rasa:

Sikap penyair terhadap objek di dalam puisi (objeknya adalah kekasih hati yang menyebabkan ia merasa gagal dalam cinta) dapat ditangkap dalam puisi karya Chairil Anwar diatas adalah rasa sedih,  kedukaan, dan kesepian yang diakibatkan oleh cintanya, kemungkinan besar orang yang dicintanya itu bernama Sri Ajati sesuai yang tertera pada judul diatas. Coba perhatikan bait ke-2 dan ke-3 yang dengan jelas menggambarkan susasan hatinya tadi

Bait ke-2 :
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram, desir hati lari berenang
Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
Dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Bait ke-3 :
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan.
Menyisir semenanjung, masih pengap harap
Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan 
Dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.


c. Nada :

Sikap penyair terhadap pembaca di dalam puisi diatas adalah memberitahu pembaca tentang kondisi perasaannya, ia menceritakan kegagalan cintanya dengan nada ratapan yang mendalam, karena lukanya yang sangat dalam.


d. Diksi:

Pada puisi diatas pilihan kata yang dipilih penyair, terpenggal-penggal, maksudnya setiap kata memiliki makna yang berdiri sendiri dan menggambarkan secara luas perasaan yang tengah dirasakannya, jika di buat perbandingan pada puisi ini, makna dalam satu kata berbanding dengan makna satu kalimat. Hal ini bisa diraskan pada bait ke-1, misalnya pada baris Ini kali tidak ada yang mencari cinta. Di antara gudang, rumah tua, pada cerita pada baris ini bila dilihat dengan konsep kalimat jelaslah rumpang atau tidak padu, namun bila di lihat dengan konsep pemaknaan kata per kata, maka makna yang terkandung didalam baris ini akan terasa dalam.


e. Pengimajinasian :

Pada puisi diatas dapat dikatakan menggunakan pengimajiansian visual. Perhatikan pada bait yang menyatakan suasana pelabuhan.

Bait ke-1 :
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Di antara gudang, rumah tua, pada cerita
Tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Bait ke-2 :
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram, desir hati lari berenang
Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
Dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Disana penyair seolah-olang menggambarkan suasana pelabuhan yang terdapat gudang, rumah tua, tiang, kapal, elang. Penggambaran itu membuat pembaca seolah-olah mendapat penglihatan yang sama.


f. Kata Konkrit :

Pada puisi karya Chairil Anwar diatas terdapat beebrapa kata konkrit yang mempertegas kondisi si aku dalam puisi tersebut. Perhatikan pada bait ke-3 baris pertama yang berbunyi Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan. Pada kata aku sendiri mempertegas bahwa si aku dalam puisi itu sedang menderita karena kesepian yang mendera perasaannya.


g. Gaya Bahasa :

Pada puisi Senja di Pelabuhan Kecil diatas gaya bahasa yang dipakai penyair dalam menggambarkan suasana dalam puisinya diantaranya gaya bahasa personifikasi adalah penggambaran didalam puisi yang menjelaskan benda mati seolah-olah memliki sifat-sifat sepertihalnya manusia. Seperti perhatikan pada

Bait ke-1 :
Di antara gudang, rumah tua, pada cerita

Pada baris diatas penyair menggambarkan bahwa diantara gedung yang berada di pelabuhan rumah–rumah tua sedang bercerita, disana jelas bahwa benda mati yang berwujud rumah diatas tidak dapat berbicara.

Bait ke-2 :
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram, desir hari lari berenang
Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
Dan kini tanah dan air tidur hilang ombak
.
Disana tepatnya pada baris ke-2 dikatakan bahwa hari lari berenang, dan pada bait ke-4 dikatakan tanah dan air tidur, disanalah gambaran benda mati yang seakan-akan bersifat seperti manusia terjadi.


h. Irama :

Dari puisi diatas dapat dikatakan penyair menggunakan ritme atau irama dalam tiap baris dan baitnya adalah kesenduan dan kekecewaan, lembut namun menyimpan kekesalan. Perhatikan bait

Bait ke-1 :
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Di antara gudang, rumah tua, pada cerita
Tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Pada bait diatas tepatnya pada baris pertama penyair menjelaskan perasaan kesalnya bahwa sekarang tidak ada lagi yang berusaha memperjuangkan atau mencari cinta

Bait ke-3 :
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan.
Menyisir semenanjung, masih pengap harap
Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan 
Dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
Kemudian pada baris diatas ritma yang tergambar adalah kesenduan yang berusaha ia tahan, dalam kondisi kesepian dan terus berharap, pada baris akhirpun 
Di tegaskan bahwa si aku terus melakukan perjalanan sambil terus merasakan kesakitan yang ada dihati.


i. Rima :

Pada puisi diatas rima atau pola pengulangan bunyi sehingga menimbulkan keserasian nada terjadi pada akhiran baris di tiap bait, pada baris pertama dan kedua terjadi pengulangan rima kembar yang polanya a, a, b, b. Kemudian pada bait ke-3 terjadi pengulngan rima berpeluk yang pola bnetuknya a, b,a, b.

Bait ke-1 dan ke-2 yang menggunakan rima kembar :
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Di antara gudang, rumah tua, pada cerita
Tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram, desir hati lari berenang
Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
Dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Kemudian pada bait ke-3 yang menggunakan rima berpeluk :
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan.
Menyisir semenanjung, masih pengap harap
Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan 
Dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.


j. Tipografi :

Pada puisi yang berjudul Senja Di Pelabuhan kecil, karya Chairil Anwar diatas tipografi atau penampang yang penyair gunakan adalah penampang puisi konvensional atau penampangnya seperti puisi-puisi pada umumnya.

Dan ada satu kebiasaan penyair kalau penyusun bilang, kebiasaan yang sering di temukan di puisi-puisi baru, khususnya pada karya-karya Chairil Anwar yaitu jumlah baris ditiap baitnya sama, dan rimanya cenderung selalu menggunakan pola  a, b, a, b, atau a, a, b, b, seperti halnya kebiasaan yang dapat kita temukan pada pusi-puisi lama.


k. Amanat :

Dari puisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pesan yang berusaha disampaikan penyair melalui puisinya adalah mengenai kegagalan cintanya yang membuat seseorang merasa kehilangna segala-galanya dan kemudian pesan tersiratnya adalah bahwa cinta yang sungguh-sungguh dapat menyebabkan seseorang memahami apa arti kegagalan secara total.

***

Penulis : Ibnu Karan
Editor : Dede Rudiansah

Via Analisis
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Older Posts
Newer Posts
prinsipalem
prinsipalem Rumah bagi para pembaca, perenung, pencinta kopi, dan para pemimpi yang sempat ingin hidup abadi... salam takzim.

Post a Comment

Tes Iklan
Tes Iklan

Ads Single Post 4

Stay Conneted


Featured Post

Morfologi : Fungsi dan Makna Afiks dalam Bahasa Indonesia [DOCX]

Morfologi : Fungsi dan Makna Afiks dalam Bahasa Indonesia [DOCX]

prinsipalem- June 06, 2021
Max Havelaar Multatuli | Kembalinya Sang Penyelamat, Mr. Sjaalman | Audio Book Bab 2

Max Havelaar Multatuli | Kembalinya Sang Penyelamat, Mr. Sjaalman | Audio Book Bab 2

March 27, 2021
Nini Anteh Taufik Ampera | Sebuah Pembacaan Sajak

Nini Anteh Taufik Ampera | Sebuah Pembacaan Sajak

March 11, 2021
W.S Rendra, Pertanyaan Penting | Sebuah Pembacaan Puisi

W.S Rendra, Pertanyaan Penting | Sebuah Pembacaan Puisi

March 11, 2021
Sebatang Lisong W.S Rendra | Sebuah Pembacaan Puisi

Sebatang Lisong W.S Rendra | Sebuah Pembacaan Puisi

March 11, 2021

Editor Post

WS. Rendra Politisi Itu Adalah | Sebuah Pembacaan Puisi

WS. Rendra Politisi Itu Adalah | Sebuah Pembacaan Puisi

March 11, 2021
Sebatang Lisong W.S Rendra | Sebuah Pembacaan Puisi

Sebatang Lisong W.S Rendra | Sebuah Pembacaan Puisi

March 11, 2021
Observasi Pencemaran Pabrik Tahu di Desa Ciawilor (PDF)

Observasi Pencemaran Pabrik Tahu di Desa Ciawilor (PDF)

November 08, 2021

Popular Post

Sebatang Lisong W.S Rendra | Sebuah Pembacaan Puisi

Sebatang Lisong W.S Rendra | Sebuah Pembacaan Puisi

March 11, 2021
WS. Rendra Politisi Itu Adalah | Sebuah Pembacaan Puisi

WS. Rendra Politisi Itu Adalah | Sebuah Pembacaan Puisi

March 11, 2021
Observasi Pencemaran Pabrik Tahu di Desa Ciawilor (PDF)

Observasi Pencemaran Pabrik Tahu di Desa Ciawilor (PDF)

November 08, 2021

Populart Categoris

  • Video37
  • Analisis28
  • E-book20
  • Bahasa7
  • Resensi dan Opini7
  • Karya Sastra6
  • Sastra4
Prinsipalem

About Us

Media ekspresi bahasa dan sastra Indonesia. Rumah bagi para pembaca, perenung, pencinta kopi, dan para pemimpi yang sempat ingin hidup abadi.

Contact us: prinsipalem@gmail.com

Follow Us

© Theme by Prinsipalem
  • Disclaimer
  • Privacy
  • About Us
  • Contact Us