24 C
en
Prinsipalem
Buy template blogger

Mega Menu

  • Beranda
  • Analisis
  • Resensi dan Opini
  • Karya Sastra
  • Video
  • E-Book
Prinsipalem
Search
Home Karya Sastra Prosa Fiksi Resensi Resensi dan Opini Manusia-Manusia Dibalik Bumi Manusia Bagian #2
Karya Sastra Prosa Fiksi Resensi Resensi dan Opini

Manusia-Manusia Dibalik Bumi Manusia Bagian #2

prinsipalem
20 Dec, 2020 0 0
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Minke, Bumi Manusia
Minke, Bumi Manusia

Pada artikel sebelumnya, yang berjudul MANUSIA-MANUSIA DIBALIK BUMI MANUSIA BAGIAN #1 kita telah membahas tiga orang tokoh penting, Pramoedya Ananta Toer, Multatuli, dan R.M Tirtoadhisoerjo yang ikut andil dalam lahirnya Bumi Manusia. Akhirnya setelah menunggu beberapa lama artikel bagian ke #2 lanjutan dari artikel sebelumnya  telah rampung. Berikut ini merupakan tiga tokoh lain yang ikut mempengaruhi tumbuh kembangnya Bumi Manusia.

Soeharto

Jenderal Soeharto merupakan presiden kedua Republik Indonesia. Dibawah pemerintahannyalah Indonesia memasuki zaman dan memasuki orde yang baru meninggalkan kenangan lama, dengan fokus pada revitalisai pembangunan Indonesia. 

Antara Soeharto dan PKI
Antara Soeharto dan PKI

Dimasa akhir orde lama, Indonesia menghadapi berbagai polemik yang mengancam kesatuan bangsa, mulai dari meletusnya berbagai pemberontakan, sampai krisis ekonomi nasional.

Semua masalah timbul dan yang paling terasa adalah masalah ideologi. Paham komunis dan agamis tampil meminta tempat dalam idelogi negara, semuanya ingin menjadi yang utama.

Pada masa awal transisi kekuasaan, paham komunis yang terbingkai dalam Partai Komunis Indonesia (PKI) tumbuh membesar dan mencakup segala bidang dan sendi kehidupan skala nasional, mulai politik sampai dengan kebudayaan. Di bidang kebudayaan inilah PKI mempunyai badan pengkaji budaya, yang dinamai LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakyat).

Lembaga yang bersemboyan Realisme-Sosialisme ini mempunyai tekad menggunakan seni sebagai alat untuk mempromosikan kemajuan sosial dan mencerminkan realitas sosial, bukan mengeksplorasi jiwa manusia dan emosi. LEKRA mendesak semua seniman untuk berbaur dengan orang-orang (turun ke bawah) untuk lebih memahami kondisi manusia. Oleh karena itulah akhirnya LEKRA banyak mendapat simpati dan perhatian para seniman besar yang cukup berpengaruh, seperti Pramoedya Ananta Toer, dan Affandi.

Sebagai pengganti presiden pertama. Jendral Soeharto mengemban kewajiban yang tidak mudah. Lebih lagi ketika menghadapi peristiwa G-30S PKI. Tujuh orang perwira tinggi militer Indonesia dan beberapa orang dibunuh dalam upaya gerakan pemberontakan kudeta yang diafiliasi oleh Partai Komunis Indonesia. Peristiwa yang terjadi pada tahun 1965 itu akhirnya berbuntut pada terbitnya perintah penangkapan pada semua pihak yang jelas beridentitas PKI atau bahkan yang masih samar namun pernah berhubungan dengan PKI. Perburuan yang berbau balas dendam itupun akhirnya dimulai. Semua badan atau lembaga yang menjadi bagian dari tubuh PKI di berangus tak terkecuali dengan LEKRA. Pramoedya Ananta Toer ditangkap. Buku-buku berbau perlawanan dibumihanguskan. Semua dikontrol.

“Nasution (Jenderal A.H Nasution yang dianugerahi bintang lima di masa Soeharto, kini sudah almarhum) telah membunuh teman saya, membuat teman saya mati. Waktu itu kami sedang mempertahankan Bekasi, tepatnya di daerah Lemah Abang. Nasution dan Soeharto itu sama saja, sama-sama KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Belanda)” tutur Pram dalam catatan indoprogress.com ketika mengenang pengalamannya berjuang melawan Belanda.

Selama empat belas tahun Pram menjalani hukuman, mulai dari sel penjara Salemba, Nusakambangan, sampai dengan daerah gersang Pulau Buru. Pram menyadari keikutsertaannya dalam lembaga yang menginduk pada PKI menjadi alasan utama kenapa ia ditangkap, namun alasan kenapa akhirnya ia dijatuhi hukuman pengasingan diberbagai tempat dsb tidak pernah terjelaskan didalam pengadilan, apa kesalahan yang telah dia perbuat, apa buktinya, jangankan masuk kedalam ruang pengadilan hak mendapat pengadilan itupun tidak pernah ia dapatkan.

Kebijakan yang memukul rata semua pihak berbau PKI itupun akhirnya menjadi boomerang tersendiri bagi pemerintahan orde baru terlebih pada sosok pengambil kebijakan tertinggi, Soeharto.

Beruntungnya Pram dan beberapa kawannya yang masuk kedalam golongan orang-orang berpengaruh/penting. Banyak orang-orang dari luar golongan tersebut mendapatkan perilaku yang kejam dari aparat sampai tak sedikit yang akhirnya meregang nyawa. Tekanan dari berbagai pihak baik nasional maupun internasional pun segera mendesak pemerintahan Soeharto, untuk jangan melawan pembantaian dengan pembantaian.

Pada tahun 1973, Soeharto mengirim surat kepada Pram yang tengah diasingkan di Pulau Buru. Soeharto sebagai presiden menyatakan permohonan maaf atas beberapa kebijakan yang telah ditetapkannya.

“Kekhilafan adalah wajar. Maka, kewajaran itu mesti dilanjutkan dengan kewajaran berikutnya yakni kejujuran, keberanian dan kemampuan menemukan jalan yang benar”. Tulis Soeharto dalam surat tersebut.

Lima tahun kemudian yaitu pada tahun 1979 Pram di bebaskan. Begitu keluar dari Pulau Buru tak berarti Pram leluasa melakukan aktivitas. Untuk beberapa lama ia menjadi tahanan rumah. Kediamannya juga diawasi intel. Dan yang mengenaskan; buku-bukunya diberangus! Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan beberapa buku lainnya dianggap memuat unsur PKI namun lagi-lagi tak ada bukti kuat yang mendasarinya.

Sampai akhir hayatnya Pram teguh pada sikapnya. Hal itu sesuai dengan surat balasan yang ia kirim kepada Soeharto, November 1973. Pram menegaskan.

"Orang tua mendidik saya untuk mencintai kebenaran, keadilan dan keindahan, ilmu pengetahuan, dan nusa bangsa."

Oie Hiem Hwie

Tak banyak yang mengetahui sosok Oie Hiem Hwie di balik Bumi Manusia. Dia merupakan salah satu sosok yang membantu lahirnya Bumi Manusia dan novel-novel Pram yang lain, seorang pengidola, asisten, dan sahabat senasib Pram saat diasingkan di pulau Buru.

Oie Hiem Hwie, Sahabat Pramoedya
Oie Hiem Hwie, Sahabat Pramoedya

Oie Hiem Hwie lahir di Malang dari seorang lelaki Hokian totok dan perempuan peranakan, dari Jawa Tengah. Dia bersekolah di TNHK (Tionghoa Hoe Kwan) sekolah khusus untuk mereka yang mempunyai darah Tionghoa. Setelah lulus dari SMA Hiem Hwie masuk sekolah kewartawanan, kemudian bekerja sebagai wartawan di salah satu surat kabar lokal bernama Terompet Masyarakat, sebuah surat kabar berhaluan tengah tidak di kanan dan tidak pula di kiri, pimpinan Goei Poo An.

Disana Oie Hiem Hwie ditugaskan di kota Surabaya, dengan mayoritas pekerjanya beragama Islam, semua orang boleh bergabung di koran ini. Sesuai nasakom yang digemakan orde lama, Islam, Katolik, Ateis, semua boleh masuk.

Hiem Hwie seperti rakyat Indonesia pada umumnya sangat mengidolakan sosok Sukarno, ia banyak menulis tentang presiden pertama RI tersebut. Bahkan disatu kesempatan dia pernah mendapat sebuah arloji dari seorang Sukarno berkat hasil liputannya yang mampu memuaskan hatinya.

Ketika peristiwa G-30S PKI terjadi, Hiem Hwie sedang berada di Malang, tak lama berselang sekelompok orang berseragam hitam-hitam, bersenjata, datang dan menangkap Hiem Hwie. Dalam interogasi ia diperiksa dan dicecar pertanyaan 'kamu orang PKI? kamu orang PKI?’ mereka terus menekan dan terus memojokan sampai ditemukannya tulisan buatan Hiem Hwie yang membicarakan Sukarno, tak membutuhkan waktu lama iapun kemudian segera dicap 'Sukarno-Sentris' orang-orang yang mendukung dan membela Sukarno.

Berdasarkan alasan itulah Oie Hiem Hwie akhirnya menjalani hukuman pengasingan, menjadi tahanan di beberapa lapas mulai nusakambangan sampai pada tahun 1970 ia dan beberapa kawan yang masih dianggap abu-abu (masih belum jelas keikutsertaannya dalam PKI) dipindahkan ke pulau Buru, Maluku. Disanalah untuk pertama kalinya Hiem Hwie bertatap muka langsung dengan Pram.

Di Buru, semua tahanan diharuskan untuk membuka lahan dan menggarap lahan kosong. Pembagian lahan dibagi kedalam 13 unit. Hiem Hwie ditempatkan di unit ke 3, unit yang mudah dijangkau dan mudah untuk digarap, tempat wartawan, mahasiswa, dan kaum intelektual ditempatkan. Diatas unit ke 3 ada unit ke 4, unit ke 5 dst, semakin tinggi unit tersebut maka semakin tidak mudah dijangkau dan tidak mudah untuk digarap, tempat untuk para petinggi partai, atau orang-orang penting yang sangat berpengaruh ditempatkan. Pada unit ke 4-lah Pramoedya di tempatkan, bersebelahan dengan unit Hiem Hwie.

Dari awal surat menyurat, dan titip salam secara sembunyi-sembunyi komunikasi antara Pram dan Hiem Hwie kemudian dipermudah ketika aturan komunikasi antar tahanan mulai dilonggarkan, mereka sering bertemu bahkan sering berdiskusi bersama tentang buku-buku yang sedang Pram kerjakan. Walau tidak begitu bebas, karena para penjaga selalu awas pada obrolan-obrolan para tokoh-tokoh penting, kelonggaran komunikasi antar tahanan setidaknya memberikan angin segar bagi sifat kemanusiaan yang nampaknya begitu krisis pada masa itu.

Selain Hiem Hwie, ada beberapa sahabat yang ikut membantu seorang Pram dalam menyusun buku-bukunya, memberikan masukan-masukan dan detail-detail tentang kesejarahan misalnya. Sahabat-sahabat itu antara lain seperti Prof. Saleh Iskandar dari unit 5, Prof. Puradisastra, Hersri Setiawan, dll, sosok Hiem Hwie-lah yang akhirnya menjadi jembatan komunikasi antar Pram dengan mereka semua.

Selain menjadi kurir komunikasi, Hiem Hwie juga ikut membantu menyiapkan kertas yang selalu terbuat dari karung semen bekas. Pena yang digunakan Pram menulis merupakan pena yang dipinjam dari penjaga yang berbaik hati.

Mendekati tahun-tahun terakhir Pram di Buru, yaitu setelah Pram menerima surat dari Soeharto, ia kemudian mendapatkan sebuah mesin tik rusak, yang akhirnya dibetulkan secara bersama-sama dan tinta yang ia gunakan pun dari bubuk arang yang telah diseduh.

Diatas kertas dan alat-alat sederhana itulah Pram menulis naskah Bumi Manusia yang pertama, dan kemudian dibikin beberapa salinan. Naskah master dari Bumi Manusia ia serahkan dan titipkan pada Hiem Hwie, berharap bahwa naskah master itu bisa lebih aman jika bersama dengannya.

Kebiasaan unik yang sering dilakukan Pram bersama kawan-kawannya dalam melindungi naskah salah satunya adalah dengan menyembunyikannya di lubang septictank yang kemudian ditutupi kotak coran semen. Walau sempat pada kesempatan yang sial, rahasia itupun akhirnya terendus oleh petugas, dan terampaslah beberapa naskah Pram seperti Arus Balik, Mata Pusaran, dan Arok Dedes.

Hiem Hwie bebas dari pulau Buru satu tahun lebih awal dari Pram, dan berkat beberapa strategi dengan menitipkan naskah pada sahabat-sahabat yang bebas lebih dulu, naskah-naskah yang lahir di kamp. konsentrasi di pulau Buru itupun bisa tumbuh dengan layak, sampai abadi dirawat zaman.

Hiem Hwie disatu kesempatan pernah berujar “Pak Pram pernah berpesan padaku sewaktu di Buru, ‘Hwie, jangan banyak mikir, nanti kendat [bunuh diri] kamu. Belajar saja.’”

Hanung Bramantyo

Hanung, Sutradara Film Bumi Manusia
Hanung, Sutradara Film Bumi Manusia

Zaman berlalu zaman, satu era berganti ke era yang lain, namun Bumi Manusia tetap lestari di khazanah kesusastraan Indonesia. Bumi Manusia tetap dibicarakan oleh para akademisi dan para pengkaji sastra, bahkan cenderung diagung-agungkan oleh beberapa kelompok penikmat sastra. Ibarat sebuah primbon kuno atau naskah kuno, Bumi Manusia akhirnya hanya berputar di kalangan tertentu saja. Sampai akhirnya pada pertengahan tahun 2018, seorang sutradara kawakan yang khas dengan garapan film-film biopic, Hanung Bramantyo, menggaungkan bahwa dia akan mengalih wahanakan kisah minke itu kedalam media film.

Sebelum projek besar itu ada ditangan Hanung, beberapa tahun sebelumnya sudah banyak pihak, sutradara yang tertarik memegang kesempatan tersebut, bahkan pihak dari luar negeri pun tidak ketinggalan. Pada satu kesempatan Putri dari Pram, Astuti Ananta Toer pernah bercerita, bahwa ketika Pram masih hidup banyak orang-orang dari luar negeri ingin mencoba membeli hak untuk memfilmkan Bumi Manusia, namun hal itu ditolak oleh Pram, padahal kesepakatan yang diajukan begitu menggiuarkan. Astuti berkata bahwa ketika berdiskusi hal itu dengan sang Ayah, Pram malah balik bertanya “kenapa orang Indonesia tidak mau bikin film (dari novel) saya ya?” 

Rencana mengalihwahanakan Bumi Manusia kedalam film pernah tercatat beberapa kali digarap oleh produser-produser tanah air, namun projek-an tersebut pun selalu berhenti ditengah jalan. Setelah terbang tak tentu arah kesempatan itu akhirnya hinggap ditangan Hanung Bramantyo.

Kesempatan ini dianggapnya sebagai sebuah mimpi yang menjadi kenyataan, sebab, pada sebuah wawancara dengan media cetak nasional Hanung pernah berujar, bahwa ia sudah mengenal Bumi Manusia semenjak SMA, dan berniat untuk memfilmkan pertama kali itu ketika ia sedang berkuliah. Keinginan itu akhirnya ia sampaikan kepada sang mpunya cerita, Pram, sekadar untuk meminta izin. Pram ketika mendengar seorang mahasiswa ingin mempersunting Bumi Manusia malah ‘ter-ta-wa’. Pram menjelaskan bahwa projekan tersebut juga menarik minat sutradara Oliver Stone, tapi masih juga dipertimbangkan, dan ini ada seorang mahasiswa bau kencur menawarkan hal yang sama? Tertawalah Pram.

Mimpi Hanungpun seketika kandas. Sejak saat itu Hanung terus menelurkan karya film-film biopik, seperti Sang Pencerah, film yang menceritakan kisah hidup KH. Ahmad Dahlan, Soekarno, sampai dengan film Kartini. Pada akhirnya, tawaran menghidupkan kisah Minke ke layar lebar pun kembali datang. Hanung meminta Salman Aristo untuk menulis naskah. “Barangkali dari perjalanan seperti itu saya dipertemukan kembali dengan Bumi Manusia,” ujar Hanung. “Mungkin kalau saat itu saya filmkan, Bumi Manusia akan jadi film pertama yang saya bikin dan enggak akan maksimal karena saya masih belajar.”

Bumi Manusia, adalah novel pertama dari tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer, yang sudah melalui lika-liku dan sudah dianggap oleh Pram seperti anak yang mempunyai jalan nasibnya sendiri-sendiri. Dalam kekekalan zaman kisah Minke buah pikir salah seorang sasatrawan terbaik yang pernah dipunyai bangsa Indonesia inipun tanggal 15 Agustus 2019 nanti akan dibumikan kembali dalam wujud sinema layar lebar.


Via Karya Sastra
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Older Posts
Newer Posts
prinsipalem
prinsipalem Rumah bagi para pembaca, perenung, pencinta kopi, dan para pemimpi yang sempat ingin hidup abadi... salam takzim.

Post a Comment

Tes Iklan
Tes Iklan

Ads Single Post 4

Stay Conneted


Featured Post

Morfologi : Fungsi dan Makna Afiks dalam Bahasa Indonesia [DOCX]

Morfologi : Fungsi dan Makna Afiks dalam Bahasa Indonesia [DOCX]

prinsipalem- June 06, 2021
Max Havelaar Multatuli | Kembalinya Sang Penyelamat, Mr. Sjaalman | Audio Book Bab 2

Max Havelaar Multatuli | Kembalinya Sang Penyelamat, Mr. Sjaalman | Audio Book Bab 2

March 27, 2021
Nini Anteh Taufik Ampera | Sebuah Pembacaan Sajak

Nini Anteh Taufik Ampera | Sebuah Pembacaan Sajak

March 11, 2021
W.S Rendra, Pertanyaan Penting | Sebuah Pembacaan Puisi

W.S Rendra, Pertanyaan Penting | Sebuah Pembacaan Puisi

March 11, 2021
Sebatang Lisong W.S Rendra | Sebuah Pembacaan Puisi

Sebatang Lisong W.S Rendra | Sebuah Pembacaan Puisi

March 11, 2021

Editor Post

WS. Rendra Politisi Itu Adalah | Sebuah Pembacaan Puisi

WS. Rendra Politisi Itu Adalah | Sebuah Pembacaan Puisi

March 11, 2021
Sebatang Lisong W.S Rendra | Sebuah Pembacaan Puisi

Sebatang Lisong W.S Rendra | Sebuah Pembacaan Puisi

March 11, 2021
Observasi Pencemaran Pabrik Tahu di Desa Ciawilor (PDF)

Observasi Pencemaran Pabrik Tahu di Desa Ciawilor (PDF)

November 08, 2021

Popular Post

Sebatang Lisong W.S Rendra | Sebuah Pembacaan Puisi

Sebatang Lisong W.S Rendra | Sebuah Pembacaan Puisi

March 11, 2021
WS. Rendra Politisi Itu Adalah | Sebuah Pembacaan Puisi

WS. Rendra Politisi Itu Adalah | Sebuah Pembacaan Puisi

March 11, 2021
Observasi Pencemaran Pabrik Tahu di Desa Ciawilor (PDF)

Observasi Pencemaran Pabrik Tahu di Desa Ciawilor (PDF)

November 08, 2021

Populart Categoris

  • Video37
  • Analisis28
  • E-book20
  • Bahasa7
  • Resensi dan Opini7
  • Karya Sastra6
  • Sastra4
Prinsipalem

About Us

Media ekspresi bahasa dan sastra Indonesia. Rumah bagi para pembaca, perenung, pencinta kopi, dan para pemimpi yang sempat ingin hidup abadi.

Contact us: prinsipalem@gmail.com

Follow Us

© Theme by Prinsipalem
  • Disclaimer
  • Privacy
  • About Us
  • Contact Us