24 C
en
Prinsipalem
Buy template blogger

Mega Menu

  • Beranda
  • Analisis
  • Resensi dan Opini
  • Karya Sastra
  • Video
  • E-Book
Prinsipalem
Search
Home Analisis Analisis Puisi Lagu Seorang Gerilya, W.S. Rendra Analisis Unsur Intrinsik Puisi
Analisis Analisis Puisi

Lagu Seorang Gerilya, W.S. Rendra Analisis Unsur Intrinsik Puisi

prinsipalem
23 Dec, 2020 0 0
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Lagu Seorang Gerilya, W.S. Rendra
Lagu Seorang Gerilya, W.S. Rendra


PUISI DAN ANALISIS PUISI
PUISI LAGU SEORANG GERILYA (UNTUK PUTRAKU : ISAIAS SADEWA), KARYA W.S. RENDRA

Engkau, melayang jauh, kekasihku.
Engkau mandi cahaya matahari.
Aku disini memandangmu,
Menyandang senapan, berbendera pusaka.

Diantara pohon-pohon pisang dikampung kita yang berdebu,
engkau terkudung selendang katun di kepalamu.
Engkau menjadi suatu keindahan,
sementara dari jauh
resimen tank penindas terdengar menderu.

Malam bermandi cahaya maatahari,
Kehijauan meliputi medan perang yang membara.
Di dalam hujan tembakan mortir, kekasihku,
Engkau menjadi pelangi yang agung dan syahdu

Peluruku habis
Dan darah muncrat dari dadaku
Maka disaat seperti itu
Kami menyanyikan lagu-lagu perjuangan
Bersama kakek-kakekku yang telah gugur.
Di dalam berjuang membela rakyat jelata.

Jakarta, 2 September 1977


TEMA :

Dari puisi diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa tema yang di angkat penyair dalam puisi Lagu Seorang Gerilya adalah perjuangan dalam sebuah peperangan, atau lebih tepatnya perjuangan terhadap pemerintahan lalim yang berkuasa. Perhatikan pada bait yang menggambarkan suasan tersebut, Menyandang senapan, berbendera pusaka. Lalu keterangan sedang berhadapan dengan pihak siapa penyair menjelaskan kembali pada bait setelahnya resimen tank penindas terdengar menderu. Lalu penjelasan yang digambarkan penyair mengenai suasana dalam peperangan diteruskan kembali pada bait ke-3 Kehijauan meliputi medan perang yang membara. Di dalam hujan tembakan mortir, kekasihku. Kemudian penyair menguatkan kembali suasana perjuangan terhadap pemerintah itu pada bait bagian akhir.

Baris ke-4 :

Peluruku habis
Dan darah muncrat dari dadaku
Maka disaat seperti itu
Kamu menyanyikan lagu-lagu perjuangan
Bersama kakek-kakekku yang telah gugur.
Di dalam berjuang membela rakyat jelata.


RASA :

Dari puisi diatas dapat dirasakan bahwa sikap penyair terhadap objek (objek bahasannya adalah perjuangan melawan pemerintah lalim*) adalah  rasa semangat dalam perjuangan membela rakyat, perhatikan bait terakhir penyair menggambarkan dalam perjuangan itu si aku rela mempertaruhkan jiwa raganya demi perjuangan membela rakyat

Bait ke-4 :

Peluruku habis
Dan darah muncrat dari dadaku
Maka disaat seperti itu
Kamu menyanyikan lagu-lagu perjuangan
Bersama kakek-kakekku yang telah gugur.
Di dalam berjuang membela rakyat jelata

*bait yang mengatakan engkau atau kamu menurut penyusun makalah adalah penggambaran tentang anak si penyair, kita bisa lihat bahwa pada judul puisi ini, terdapat keterangan bahwa puisi yang dibuatnya ini adalah untuk putranya. Jadi pasti kata Engkau atau Kamu disana berkaitan dengan putranya, dan bukan merupakan objek bahasan, karena rasa yang dibangun pada puisi diatas lebih fokus kepada suasana perjuangan.


NADA :

Dari puisi karya WS Rendra di atas sikap penyair terhadap pembaca adalah memberi tahu pembaca, tentang sikap ia terhadap objek bahasannya yanga tadi dibahas (mengenai semangat dalam perjuangan membela rakyat). Perhatikan bahwa setiap bait dalam puisi diatas tidak diketemukan penggambaran yang menyatakan suatu ajakan, ataupun, saran. Melainkan hanya sekedar memberi tahu saja.


DIKSI :

Pilihan kata yang dapat di temukan dalam puisi Lagu Seorang Gerilya diatas dan tidak dapat diganti dengan kata lain walaupun kata tersebut mempunyai makna denotatif yang sama kata-kata tersebut diantaranya, Engkau, Aku, Menyandang, Terkudung, Resimen, Mortir, Muncrat, dan kata Jelata.

Apabila kata Aku diganti dengan Saya , mungkin baris yang berkata Aku bunyinya akan seperti ini

Saya disini memandangmu,

Jelas sekali perbedaannya apalagi dari segi rasa, kata aku cenderung lebig tegas dan bila di ganti dengan kata saya, mengurangi rasa ketegasan tersebut. Begitupun dengan kata Muncrat, bila diganti dengan kata keluar, maka susanan yang tercipta akan berbeda, mungkin baris yang yang berkata muncrat bunyinya akan seperti ini

Dan darah keluar dari dadaku.


PENGIMAJINASIAN :

Dari puisi diatas dapat ditemukan beberapa pengimajian yang disampaikan penyair kepada pembaca, seperti imajinasi taktil, dan imajinasi visual. Perhatikan bait yang menggambarkan imajinasi taktil di bawah yang hanya bisa dirasakan dan tidak bisa dibayangkan atau mustahil adanya.

Bait ke-1 :

Engkau, melayang jauh, kekasihku.
Engkau mandi cahaya matahari.

Pada bait ke-1 diatas kata engkau yang merujuk pada manusia tidaklah dapat dibayangkan atau mustahil adanya jika dikaitkan dengan aksi terbang atau melayang.

Begitupun pada bait ke-3 :

Malam bermandi cahaya maatahari,
Kehijauan meliputi medan perang yang membara.
Di dalam hujan tembakan mortir, kekasihku,
Engkau menjadi pelangi yang agung dan syahdu


KATA KONKRIT :

Pada puisi diatas dapat ditemukan beberapa kata konkrit, kata singkat yang dengan jelas menyampaikan maknanya, yang bisa kita temukan di atas. Perhatikan baris menyandang senapan, berbendera pusaka. Baris tersebut menggambarkan dengan jelas tentang seorang yang tengah dalam peperangan dengan gagah berani. Kemudian baris yang berbunyi Peluruku habis. Baris tersebut menggambarkan dengan jelas bahwa si aku sedang dalam kegentingan yang sangat dan akhirnya berujung kepasrahan.


GAYA BAHASA :

Dari puisi diatas gaya bahasa yang di gunakan adalah gaya bahasa personifikasi yaitu menggambarkan benda mati atau hal gaib/abstrak seolah-olah memiliki sifat seperti manusia, dan gaya bahasa metafora yang membuat perbandingan antara dua hal secara langsung. Perhatikan bait ke-3 yang berbunyi Malam bermandi cahaya maatahari, disana digambarkan bahwa malam mampu mandi dengan cahaya mtahari, menggambarkan benda mati atau hal abstrak melakukan hal atau mempunyai sifat seperti manusia, dan artinya gaya bahasa yang digunakan bada baris itu adalah personifikasi.

Kemudian masih dalam bait ke-3 yang berbunyi Engkau menjadi pelangi yang agung dan syahdu, pada baris ini digambarkan bahwa si engkau yang merujuk kepada seseorang yang menjadi sesuatu hal yang indah, dalam baris ini gaya bahasa yang penyair gunakan adalah metafora atau  penggunaan perbandingan untuk menghubungkan dua hal secara langsung.


IRAMA :

Pada puisi diatas ritme atau irama yang dipakai penyair adalah kesyahduan lalu pada bagian akhir menghentak. Perhatikan bait.

Bait ke-1 dan ke-2 :

Engkau, melayang jauh, kekasihku.
Engkau mandi cahaya matahari.
Aku disini memandangmu,
Menyandang senapan, berbendera pusaka.

Diantara pohon-pohon pisang dikampung kita yang berdebu,
engkau terkudung selendang katun di kepalamu.
Engkau menjadi suatu keindahan,

Pada kedua bait ini pembaca akan dibawa kedalam kesyahduan walaupun tepat pada baris terakhir bait ke-1 menggambarkan dengan jelas bahwa suasana dalam puisi ini dalam peperangan yang menghentak namun pada bagian awal ini cenderung kepada syahdu, kemudian mulai di pecahkan oleh situasi yang digambarkan pada baris berikutnya sementara dari jauh

resimen tank penindas terdengar menderu.

Pada bait selanjutnya ritme atau iramanya mulai menaik dan kemudian ritme paling tinggi terjadi tepat pada bait akhir, yaitu ketika si aku tertembak.


Bait ke-4 :

Peluruku habis
Dan darah muncrat dari dadaku
Maka disaat seperti itu
Kami menyanyikan lagu-lagu perjuangan
Bersama kakek-kakekku yang telah gugur.
Di dalam berjuang membela rakyat jelata.


RIMA :

Dari puisi diatas terdapat pengulangan bunyi atau rima yang jenis pengulangannya adalah rima asonansi, yaitu rima vokal yang terdapat pada baris yang sama, dan rima eksternal yaitu pengulangan bunyi yang terdapat pada baris yang berlainan. Perhatikan pada bait ke-1 dan ke-2

Bait ke-1 :

Engkau, melayang jauh, kekasihku.
Engkau mandi cahaya matahari.

Pada dua baris awal itu terjadi pengulangan bunyi engkau yang tedapat pada baris yang beda disebut rima asonansi, kemudian dilanjutkan

Aku disini memandangmu,
Menyandang senapan, berbendera pusaka.

Pada baris akhir juga disana terjadi pengulangan bunyi a sebanyak 4 kali pada baris yang sama

Bait ke-2 :

engkau terkudung selendang katun di kepalamu.


TIPOGRAFI :

Penampang puisi Lagu Seorang Gerilya karya WS Rendra diatas seperti puisi pada umumnya, penampangnya hanya terdapat pada penggunaan huruf kapital dan tanda baca saja. Coba perhatikan bait ke-1 tentang penggunaan tanda bacanya, semua baris diakhiri dengan titik (.) kecuali baris ke-3 :

Bait ke-1 :

Engkau, melayang jauh, kekasihku.
Engkau mandi cahaya matahari.
Aku disini memandangmu,
Menyandang senapan, berbendera pusaka.

Kemudian coba perhatikan bait ke-2, semua baris diawali dengan huruf kecil kecuali baris ke-1 dan ke-3.

Bait ke-2 :

Diantara pohon-pohon pisang dikampung kita yang berdebu,
engkau terkudung selendang katun di kepalamu.
Engkau menjadi suatu keindahan,
sementara dari jauh
resimen tank penindas terdengar menderu.


AMANAT :

Pesan yang bisa diambil dari puisi diatas adalah tentang semangat besar melawan penindasan, dan rela membela rakyat dengan taruhan nyawa sendiri, coba perhatikan bait sementara dari jauh. resimen tank penindas terdengar menderu. Kemudian Peluruku habis. Dan darah muncrat dari dadaku. Maka disaat seperti itu. Kami menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Bersama kakek-kakekku yang telah gugur. Di dalam berjuang membela rakyat jelata.

Via Analisis
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Older Posts
Newer Posts
prinsipalem
prinsipalem Rumah bagi para pembaca, perenung, pencinta kopi, dan para pemimpi yang sempat ingin hidup abadi... salam takzim.

Post a Comment

Tes Iklan
Tes Iklan

Ads Single Post 4

Stay Conneted


Featured Post

Morfologi : Fungsi dan Makna Afiks dalam Bahasa Indonesia [DOCX]

Morfologi : Fungsi dan Makna Afiks dalam Bahasa Indonesia [DOCX]

prinsipalem- June 06, 2021
Max Havelaar Multatuli | Kembalinya Sang Penyelamat, Mr. Sjaalman | Audio Book Bab 2

Max Havelaar Multatuli | Kembalinya Sang Penyelamat, Mr. Sjaalman | Audio Book Bab 2

March 27, 2021
Nini Anteh Taufik Ampera | Sebuah Pembacaan Sajak

Nini Anteh Taufik Ampera | Sebuah Pembacaan Sajak

March 11, 2021
W.S Rendra, Pertanyaan Penting | Sebuah Pembacaan Puisi

W.S Rendra, Pertanyaan Penting | Sebuah Pembacaan Puisi

March 11, 2021
Sebatang Lisong W.S Rendra | Sebuah Pembacaan Puisi

Sebatang Lisong W.S Rendra | Sebuah Pembacaan Puisi

March 11, 2021

Editor Post

WS. Rendra Politisi Itu Adalah | Sebuah Pembacaan Puisi

WS. Rendra Politisi Itu Adalah | Sebuah Pembacaan Puisi

March 11, 2021
Sebatang Lisong W.S Rendra | Sebuah Pembacaan Puisi

Sebatang Lisong W.S Rendra | Sebuah Pembacaan Puisi

March 11, 2021
Observasi Pencemaran Pabrik Tahu di Desa Ciawilor (PDF)

Observasi Pencemaran Pabrik Tahu di Desa Ciawilor (PDF)

November 08, 2021

Popular Post

Sebatang Lisong W.S Rendra | Sebuah Pembacaan Puisi

Sebatang Lisong W.S Rendra | Sebuah Pembacaan Puisi

March 11, 2021
WS. Rendra Politisi Itu Adalah | Sebuah Pembacaan Puisi

WS. Rendra Politisi Itu Adalah | Sebuah Pembacaan Puisi

March 11, 2021
Observasi Pencemaran Pabrik Tahu di Desa Ciawilor (PDF)

Observasi Pencemaran Pabrik Tahu di Desa Ciawilor (PDF)

November 08, 2021

Populart Categoris

  • Video37
  • Analisis28
  • E-book20
  • Bahasa7
  • Resensi dan Opini7
  • Karya Sastra6
  • Sastra4
Prinsipalem

About Us

Media ekspresi bahasa dan sastra Indonesia. Rumah bagi para pembaca, perenung, pencinta kopi, dan para pemimpi yang sempat ingin hidup abadi.

Contact us: prinsipalem@gmail.com

Follow Us

© Theme by Prinsipalem
  • Disclaimer
  • Privacy
  • About Us
  • Contact Us